Manusia dan Potensi Jasmani
I. PendahuluanMemahami manusia melalui akal manusia saja akan menyebabkan kesesatan. Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai berbagai keterbatasan dalam memahami dan mengenal dirinya dengan benar. Selain itu, sifat sombong dan merasa dirinya hebat adalah sifat manusia yang menghalanginya untuk mencapai kebenaran hakiki. Kesalahan yang terjadi pada berbagi teori tentang manusia tidak diakui oleh para pencetusnya. Bahkan sebagian besar pengikutnya tetap mendukung teori yang salah itu dengan menjadikannya sebagai landasan kehidupan, rujukan dan model gaya hidup manusia untuk saat ini. Hal ini mengakibatkan munculnya kerusakan dimana-mana.
Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari ruh dan tanah yang dilengkapi dengan potensi hati, akal dan jasad. Potensi manusia memiliki kelebihan dan keutamaan dibanding makhluk lainnya. Dengan hati manusia berniat, dengan akal manusia berilmu dan dengan jasad manusia beramal. Kelebihan dan kemuliaan manusia ini disediakan untuk menjalankan amanah beribadah dan menjalankan fungsi khalifah di muka bumi. Peranan dan tugas yang dilakukan ini akan mendapatkan balasan yang sesuai.
Setelah mengenal Allah sebagai pencipta manusia, maka untuk memantapkan keyakinan kepada Allah diperlukan pengenalan kepada manusia.II. Proses Penciptaan Manusia
Hal-hal yang diperlukan dalam proses penciptaan manusia adalah sebagai berikut:
1. Manusia diciptakan oleh Allah dengan proses yang sangat menakjubkan. QS. Al Mu’minuun 2. Selama hidupnya manusia mengalami beberapa masa. QS. Al Hajj (22) : 5
3. Kemuliaan yang Allah berikan kepada manusia:
a. Diangkat sebagai khalifah di muka bumi. QS. Al Baqarah (2) : 30-32
b. Diberikan bentuk yang terbaik. QS. At Tiin (95) : 4, QS. At Taghaabun (64): 3
c. Dilengkapi dengan perangkat yang menunjang. QS. As Sajdah (32) : 8-9
d. Diberikan kekuasaan untuk menundukkan alam. QS. Al Jaatsiyah (45) : 12-13
III. Potensi Manusia
Manusia sebagai khalifah dapat menggunakan potensinya untuk memelihara alam. Khalifah adalah yang diamanahkan untuk membangun dan memelihara alam, bukan sebagai pemilik segalanya. Khalifah harus menjalankan tugasnya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki, bukan membuat jalan sendiri dan tidak menentang peraturan-peraturan yang telah diperintahkan.
Potensi yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut:
1. At Thoqoh (potensi)
Allah SWT memberikan kelebihan dan keutamaan kepada manusia dengan pendengaran (As Sam’u), penglihatan ( Al Bashor) dan hati (Al Fu’ad), QS. Al Mulk (67) : 23
Potensi ini kadang tidak disyukuri manusia. Bahkan ia sering menggunakan matanya untuk melihat yang haram, serta hati yang digunakan untuk membenci, dendam dan berprasangka buruk kepada orang lain. Pernahkah kita membayangkan seandainya kita tidak dapat melihat atau mendengar, hal ini tentu akan menyusahkan kita.
Penglihatan, pendengaran dan hati diberikan oleh Allah SWT untuk mengantarkan manusia memahami apa yang Allah perintahkan dan membawanya ke surga. Dengan tidak digunakan potensi yang telah Allah berikan, maka mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka menjadi orang-orang yang lalai. Bahkan Allah telah jadikan neraka jahanam untuk kebanyakan dari jin dan manusia, karena mereka tidak memanfaatkan potensi yang telah dianugerahkan Allah untuk hal-hal yang diperintahkan-Nya. Sehingga patutlah kita bersyukur kepada Allah dengan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya. (QS. Al A’raaf (7) : 179)
2. Al Mas’uliyah (kepemimpinan)
Manusia dengan kelebihan dan potensi yang diterimanya perlu bertanggung jawab dan menyadari tugas serta peranannya. Tugas tersebut adalah beribadah kepada Allah SWT. Namun demikian, tidak semua manusia bersedia menerima tugas ini. Sebagian ada yang menerima dan sebagian lagi menolaknya. (QS. Al Baqarah (2) : 21, QS. Adz Dzaariyaat (51) : 56)
3. Al Amanah (Amanah)
Manusia telah ditawarkan oleh Allah sebuah amanat untuk menjadi khalifah, yang kemudian diterima oleh manusia untuk memikul amanat tersebut.
Langit, bumi dan gunung-gunung menolak amanat tersebut, tetapi manusia menerimanya. Amanat merupakan beban dan sekaligus suatu tanggung jawab bagi yang menerima amanat. Amanat yang diterima oleh manusia adalah amanat kekhalifahan. (QS. Al Ahzab (33) : 72, QS. An Nuur (24): 55, QS. Al Fath (48) : 29)
IV. Bekal Hidup Manusia
Allah memberikan tiga bekal hidup manusia, yaitu:
1. Potensi Jasmani
Allah menciptakan jasad yang membutuhkan makanan dan minuman, agar jasad tersebut tumbuh dan berkembang sebagaimana ia juga membutuhkan pakaian dan tempat tinggal. (QS. Al Mulk (67) : 15, QS. Ibrahim (14) ; 32-34, QS. Al Jaatsiyah (45) : 13).
2. Potensi Akal
Allah menciptakan akal yang membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar manusia dapat memahami/memenuhi kebutuhan hidupnya dan melaksanakan tugas dan kewajibannya berupa memakmurkan bumi (sebagai khalifah). (QS. Al Baqarah (2) : 31, QS. An Naml (16) : 78, QS. Al Israa (17): 12, QS. Al ‘Alaq (96):1-5)
3. Potensi Ruh
Allah menciptakan manusia yang membutuhkan petunjuk dan hidayah agar kehidupan manusia menjadi lurus di dunia dan di akhirat. (QS. An Nahl (16) : 36)
Referensi :
1. Ma’rifatul Insan, DR. Irwan Prayitno
2. Modul Rohani Islam Asy Syifaa, Bid. Da’wah Lembaga Pembinaan Generasi Muslim
Disini saya menjelaskan tentang Manusia dan Potensinya, posting ini saya mengambilnya dari beberapa posting yang saya temukan dan saya pahami.
Allah SWT. telah menciptakan manusia sebagai pemimpin di Bumi yang indah ini, Ia menciptakan manusia agar manusia selalu beribadah dan bersyukur kedapa Tuhannya. Tujuan Allah SWT. menciptakan manusia terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 30, yang memiliki arti :
Allah SWT. telah menciptakan manusia sebagai pemimpin di Bumi yang indah ini, Ia menciptakan manusia agar manusia selalu beribadah dan bersyukur kedapa Tuhannya. Tujuan Allah SWT. menciptakan manusia terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 30, yang memiliki arti :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Q.S Al-Baqarah : 30)
Allah SWT. juga menciptakan manusia dengan potensi-potensi yang amat sangat hebat di dalam dirinya. Manusia memiliki 3 potensi di dalam dirinya, yakni potensi akal, jasmani, dan rohani.
Potensi Akal
Manusia di berikan akal oleh Sang Maha Pencipta, agar manusia dapat berpikir dan dapat membedakan mana yang hak dan mana yang bathil. Allah SWT. juga menciptakan berbagai kebutuhan untuk manusia agar manusia dapat memanfaatkan dan mempelajarinya, tapi jangan lah lupa agar selalu bersyukur kepada-Nya. Semua itu tercatat dalam firman Allah yang memiliki arti :
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (Q.S 14:32)
Dengan segala ciptaan Allah itu manusia haruslah berpikir, agar mereka selalu bersyukur, memanfaatkan, dan menjaga segala ciptaan Allah dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, dengan akal manusia pula Bumi ini rusak dan berantakan, dikarenakan sifat serakah manusia yang selalu ingin memiliki itulah yang menyebabkan Bumi ini rusak dan hancur.
Potensi Jasmani
Potensi Jasmani
Manusia diciptakan oleh Allah SWT. dengan penuh kesempurnaan fisik dan jasmani. Namun, banyak manusia yang terlahir dengan fisik tidak sempurna, namun itu bukan berarti Tuhan tidak sayang kepada mereka, tapi itu karena Tuhan telah mengangkat derajat mereka. Jasmani manusia di manfaatkan untuk berkerja sehari-hari, seperti berjalan, berlari, memukul, dan sebagainya. Itu semua merupakan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia di berikan Fisik dan Jasmani yang sempurna agar manusia dapat melakukan aktivitas dengan penuh semangat dan bertenaga. Namun, banyak manusia yang memanfaatkan fisik dan jasmaninya dengan tidak baik atau untuk hal-hal yang negatif, sebagai contoh untuk mencuri, manusia memanfaatkan tangannya untuk mencuri, sedangkan mencuri merupakan hal yang tidak di sukai oleh Allah SWT.
Potensi Rohani.
Rohani merupakan Roh, kolbu atau hati yang tidak dapat di lihat, namun dapat kita rasakan. Manusia disebut sebagai makhluk rohani karena manusia memiliki perasaan dan jiwa yang sehat. Akan tetapi, terdapat manusia yang memiliki rohani yang kotor, yakni manusia yang tidak dapat mengontrol hawa nafsunya untuk berbuat sesukanya. Rohani manusia yang kotor akan mengotori semua jiwa manusia, dan akan terbentuk penyakit hati yang tidak di sukai oleh Nabi Muhammad Saw.
Untuk itu kita sebagai manusia yang terlahir suci dan bersih, alangkah baiknya kita mempertahankan agar Rohani kita tetap terjaga dari kekotoran agar tidak mendapat murka dari Allah SWT.
Manusia di berikan Fisik dan Jasmani yang sempurna agar manusia dapat melakukan aktivitas dengan penuh semangat dan bertenaga. Namun, banyak manusia yang memanfaatkan fisik dan jasmaninya dengan tidak baik atau untuk hal-hal yang negatif, sebagai contoh untuk mencuri, manusia memanfaatkan tangannya untuk mencuri, sedangkan mencuri merupakan hal yang tidak di sukai oleh Allah SWT.
Potensi Rohani.
Rohani merupakan Roh, kolbu atau hati yang tidak dapat di lihat, namun dapat kita rasakan. Manusia disebut sebagai makhluk rohani karena manusia memiliki perasaan dan jiwa yang sehat. Akan tetapi, terdapat manusia yang memiliki rohani yang kotor, yakni manusia yang tidak dapat mengontrol hawa nafsunya untuk berbuat sesukanya. Rohani manusia yang kotor akan mengotori semua jiwa manusia, dan akan terbentuk penyakit hati yang tidak di sukai oleh Nabi Muhammad Saw.
Untuk itu kita sebagai manusia yang terlahir suci dan bersih, alangkah baiknya kita mempertahankan agar Rohani kita tetap terjaga dari kekotoran agar tidak mendapat murka dari Allah SWT.
( Sumber : Mbah Google , Detik.com dan pemikiran saya sendiri )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar